Otaknya pemain - hatinya pelatih


Pada dasarnya dalam sistem atau organ tubuh manusia terdapat suatu sub-sistem yang biasa disebut sebagai otak. yaa, kita semua memilikinya. otak inilah yang menjadi instrumen nyata bahwa sebagaimana manusia, kita dapat menyimpan atau men-upload bahkan men-upgrade apa yang telah kita record, dan dari otak inilah manusia memiliki keinginan berdasarkan pikiran masing- masing yang berbeda. Perjalanan dan pengalaman seseorang (fenomenologi) itulah yang mempengaruhi kesimpulan untuk menentukan mana yang menurutnya paling rasional. kita tidak pernah tahu seberapa besar kapasitas penyimpanan otak kita.

Sederhananya Otak adalah organ dalam tubuh manusia yang berfungsi layaknya chipset pada elektronik. nah, tepat sekali.. bisa dikatakan sebagai salah satu organ terpenting bagi manusia yang mampu menggali serta membawa pilihan rasional keatas permukaan. Adapun selain memiliki otak manusia juga memiliki hati, keduanya memiliki kesaman tetapi sangat berbeda sama sekali loo. hasil dari otak selalu mengarah ke ranah yang biasa kita sebut rasional atau pertimbangan yang logis. lain hal dengan hati, ia bisa saja diluar batas area rasional, hati cenderung ke ranah intuisi (perasaan) atau iman.
kata hati,
pernahkah kita mendengar atau bahkan melantunkan kalimat itu? pasti pernah tho,, ya kansebenarnya kapan dan bagaimana kata hati itu bekerja? kapan kita bisa mendengar kata hati...sejujurnya saya menulis ini otak saya yang mendikte saya, menyuruh cepat menulis, setelah tidak cocok di protes lalu saya disuruh menghapus, lalu mengganti, gak cocok hapus ganti lagi, otak saya itu crewet sekaliiii coy. sedikit cerita ya, dulu ketika saya masih kecil nenek saya selalu menyuruh saya untuk belajar sebelum tidur. dan anehnya tak jauh dari nenek, ibu saya ketika menelfon saya waktu itu, beliau juga berpesan sama. alhasil saya dapat alasannya dari ibu karena saat kau tidur nanti otakmu akan bekerja memahami apa yang kamu baca, iya kalo mata bisa istirahat tapi kalo otak terus berputar. begitu ibu mencoba menjelaskan Loh, jadi otak terus bekerja yaa.
relate seperti yang dikemukakan Steve Peters ; "sebenarnya mudah menemukan homo sapiens dalam arti manusia yang berkarakter rasional". sepertinya semua orang punya otak dan hampir semua dari mereka lebih dominan menggunakannya ketimbang hati. gimana hati berkata kalo otak kita terus bekerja dan selalu cerewet, ada teman ngomong A, kita gak cocok otak kita langsung saja menyangkal, lebih parah lagi biasanya sampe keluar kata kata protes ah masa, mosok se. otak kita crewet sekali... lalu kapan kita mendengar kata hati? menghentikan otak kah, jelas mustahil karena otak terdiri dari ribuan syaraf yang tidak bisa membatalkan apa yang terlanjur diketahui. ataukah mematikan otak, maaf subjektif saja yaa ,, menurut saya "No" ketika otak kita tumpul dan berfikiran dangkal itu sangat membahayakan, lalu jika otak kita mati maka kita tidak akan pernah bisa memberi intruksi pada organ tubuh kita.

dalam analogi tertentu ketika ada si crewet yang ditakdirkan tidak akan berhenti, solusinya adalah berlatih untuk mendengarkan yang lain. lalu ketika misalnya saya sedang mendengarkan musik kemudian ada teman disamping saya berbica kepada saya, solusinya adalah mengecilkan volumenya. saya dan teman saya tidak perlu repot- repot berteriak-teriak dan ga perlu juga mematikan musiknya. seimbang, dengan demikian saya mengartikan yang seimbang adalah ketenangan dan kedamaian.

kata hati biasanya dimaknai dengan suara yang sangat dalam yaitu bagian yang terpendam pada diri kita. maka tak heran jika kemudian suara hati kalah dengan suara otak yang menggebu-gebu. sebagian dari kita pasti pernah memikirkan suatu permasalahan pada diri kita yang penyelesaiannya kita belum tahu atau diluar rasio pribadi. dan biasanya solusinya adalah minta pendapat orang lain begitu bukan. namun kemudian tanpa disangka kita masih kurang puas dengan solusi dari orang lain. lalu kita kan bertanya kepada tiap tiap orang berbeda, sementara masalah kita semakin berlalu dan semakin terasa berat untuk diselesaikan. iyaa kan , karena mohon maaf bukan sok romantis yaa.... karena ada hati sendiri yang menunggu kesempatan untuk didengarkan. disaat yang bersamaan dengan lelah biasanya otak akan mengecilkan volume suaranya sedikit demi sedikit, dan memberi kasempatan kata hati untuk didengarkan. pada saat yang bersamaan saat kata hati didengarkan intuisi dan iman itu akan bekerja. intuisi : mau apa kita ? tujuan kita apa ? ayok berjalani saja pasti ada jalan... .dan iman akan memperkokoh intuisi itu dengan menaruh sebuah keyakinan. tanpa analisis, tanpa pertimbangan logis dan tanpa pesimis dirikita bergerak ke arah penyelesaian masalah.

saya mengutip seorang filsuf yunani yang hidup 26 abad yang lalu, Heraclitus, mengatakan bahwa tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri (Nothing endures but change). hal senada pernah pula dinyatakan oleh Sir Winston Churchill, there is nothing wrong with change, if it is in the right direction. jika kemudian, suatu perubahan itu musti terjadi, maka hambatan perubahan ialah masalah bagi kita. lantas kemudian jika kita tidak mampu untuk merasionalkan suatu perubahan, maka kita intuisi dan imankan kita punya keyakinan.

Pasuruan, 14 maret 2020



tertanda em.rikzulfikri










Komentar