Pendidik Utama


Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan kita, iyaa nggak ?.
alih alih sejak abad ke 20 ini, kaum muda generasi bangsa kita diwajibkan untuk mengenyam pendidikan. yaaa wajib belajar 9 tahun, program yang di canangkan pemerintah ini membuat masyarakat berbondong bondong menyekolahkan putra-putrinya. suatu kebanggaan mutlak bagi orang tua jika melihat anaknya dapat mengenyam pendidikan. suatu kebanggaan pula bagi orang tua mengantarkan putra putrinya ke sekolah, suatu kebanggaan pula bagi orang tua mengetahui anaknya berprestasi di sekolahnya.

kalo ditanya kenapa perlu pendidikan ? karena.....itu memang "penting" hehe
Saya setuju dengan tujuan pendidikan menurut Tan Malaka... tujuan pendidikan adalah untuk mempertajam pengetahuan, memperkokoh kemauan serta memperhalus perasaan. nah itu coy ..ternyata tujuan pendidikan selain mempertajam pengetahuan ia juga memperkokoh kemauan. ketika kita sudah tahu suatu hal tentang apa yang kita inginkan, kita sudah tahu caranya, sudah tahu manfaatnya, sudah tahu resikonya maka semakin kuat pula kemauan kita,,,,, nah trus memperhalus perasaan itu maksudnya apa? memperhalus persaan itu artinya, semakin kita tahu banyak hal kita menghargai orang lain, dan kita akan menjadi tidak sombong.

Tan juga pernah mengatakan; "bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali" tan adalah orang yang menjunjung tinggi rasa menghargai dan menghormati orang yang lebih tua meskipun orang biasa. karena menurutnya itulah tujuan pendidikan itu,,,,,

saya punya cerita yang selalu favorit bagi saya dan cerita ini acap kali saya ceritakan kepada adik-adik kelas sorogan di pondok pesantren. cerita dimulai 1.. 2..3..

"Dulu ada seorang mahasiwa (sebut saja namanya Ando..seperti merk sandal yaa wkwk), singkat cerita setelah lulus dari SMA ando meneruskan jenjang pendidikan selanjutnya di sebuah kampus yang berada di luar kota. alhasil ando harus meninggalkan halaman rumahnya beserta orang tuanya, sehari hari ando harus hidup di sebuah bilik kecil yang tak jauh dari kampus, sebuah bilik yang ia sewa dan bayar tiap bulannya.

 4 tahun pun berlalu,,,,,
ando hari ini wisuda dan kebetulan orang tua ando tidak bisa datang karena pekerjaan yang tidak bisa di tinggal, ayah ando memiliki sawah yang digarap sendiri dan ibu ando harus memasak tiap hari untuk mengirim bekal kepada ayah disawah. ketidak datangan kedua orang tua ando di moment wisudanta ini sangat dimaklumi oleh ando, ando sadar bahwa orang tuanya harus bekerja untuk membiayainya.  sebulan kemudian ando memutuskan untuk pulang ke rumah karena ia sangat rindu dengan apa apa yang di kampung halamannya,  dia juga tidak sabar memamerkan Ijazah yang sudah ia miliki. ando sudah sampai di desanya, desa ando sangat asri sekali ...kiri kanan sepanjang jalan menuju rumahnya terbentang sawah yang luas tempat sang ayah membanting tulang untuknya,,, ando berjalan menuju rumahnya melewati sawah sawah , ,tidak lupa juga ia mengambil ijazah di dalam tasnya lalu kemudian ditenteng untuk di tunjukan kepada ayah ibu,,,assalamualaiku yah,,, walaikum salam nak,alhamdulillah kamu udah lulus :),,, [plukk...] namun kejadian tidak terduga terjadi ,, se percik tanah liat/ lempung mendarat tepat di lembar ijazah milik ando, itu percikan yang terlempar dari cangkul ayah ando sendiri. ando seperti tersentak lalu terdiam (hatinya berkecamuk, ia sama sekali tidak rela Ijazah yang ia peroleh dengan susah payah menjadi kotor). ''ayah ini, ga punya perasaan sama sekali yaa, aku susah susah mendapatkan ijazah ini, dengan mudahnya ayah mengotorinya. halah bodo amat aku mau ke rumah" (dengan wajah kesal ia berjalan menuju rumahnya) ayah ando tak membalas sepatah kata pun ia hanya tersenyum kepada anaknya,,,

"assalamualaikum"... walaikum salam oh udah datang anakku hmm ayo makan dulu ibu sudah memasakkan makanan kesukaanmu hari ini... [tik tok tik tok] ,, "bentar" kata ibu ando ,,, diluar itu suara apa nak,, coba kamu lihat.  (ando keluar untuk memastikan sumber suara dan kembali) suara tukang bakso buk, jawab ando.  oooh tukang bakso,,,,,,, selang beberapa saat [tik tok tik tok] loh yang barusan ini tadi  suara apa nak.. coba dong kamu lihat lagi.. (untuk kedua kalinya ando keluar lalu kembali) suara tukang bakso buk .. tak lama kemudian ,, [tik tok tik tok] ,, andoooooo itu suara apa sih nak coba kamu lihat.( ando keluar lalu kembali) dengan nada tinggi ando menjawan itu suaraa tukang bakso buk, ibu gak dengar apa! ,, ando merasa kesal kemudian pergi ke kamarnya. seperti halnya ayahnya ibu ando hanya tersenyum atas perlakuaan anaknya.

didalam kamar ando merenung ia benar benar kecewa terhadap orang tuanya, ando merasa tidak dimengerti atau dipermainkan, dalam renunganya sesekali ando memperhatikan tembok kamarnya yang agak aneh tetapi begitu menyakiti hatinya (terdapat coretan-coretan anak TK ,yaa itu adakah coretan ando waktu silam) . memang kamar ando sudah tidak pernah di cat ulang sejak aldo resmi masuk sekolah dasar, tak heran jika dinding-dinding masih terdapat jejak jejak yang dapat membuka jendela cerita lama. dalam renungannya ando ingat betul bahwa ia yang mencoret-coret dinding kamarnya,, setelah ayahnya mengecatnya dengan halus,,, ia kembali mencoretnya kejadian itu berulang ulang tetapi ayah ando tidak pernah memarahinya.. aldo menangis .. ia sadar bahwa yang pertama mengajarinya menulis adalah ayahnya dan yang menyediakan tempat belajar menulis seluas dinding dinding rumah adalah ayahnya, ia juga ingat kejadian tentang ibunya,, semasa kecil dulu ando adalah anak yang aktif ia selalu menanyakan apa yang belum ia ketahui pada ibunya,, buk itu apa buk .. oh itu namanya becak, jawab ibunya, kalo itu buk ,, oh itu namanya nanas.., kalo itu buk,,,,, itu namanya anggur,, ibunya jugalah yang mengajarinya berbicara sewaktu balita ibunya juga yang menjadi guru pertama yang tak pernah mengeluh saat sang buah hati bertanya,, ibu selalu menjawab pertanyaan anaknya dengan setulus hati dan gembira,,  (ando semakin tenggelam dalam penyesalan) tak seharusnya ia memperlakukan orang tuanya seperti itu ,, sekarang ia sadar bahwa jika pendidikan tidak pernah diberikan oleh kedua orang tuanya ia tidak akan pernah meraih gelar sarjananya jangan kan sarjana, TK pun ia ga bakal lulus {wkwkwk}  .. dari renungannya ia juga sadar ia tidak lebih pintar dari orang tuanya.. sebab ia tau hanya orang tua pintar yang berhasil mendidik anaknya."







rik, 

Pasuruan, maret 2020

Komentar